Aceh Barat | Sudutpenanews.com – Pemerintah Gampong bersama Warga Kuta Padang Hebat melakukan aksi nyata dengan membelah Muara Suak Ujung Kalak sebagai upaya darurat dalam mengatasi ancaman banjir yang terus berulang di wilayah mereka. Aksi kolektif ini muncul sebagai respons cepat terhadap genangan air yang semakin meluas akibat curah hujan tinggi dan kondisi drainase yang tidak berfungsi maksimal.
Pembelahan muara ini bukan sekadar tindakan teknis, tetapi bentuk solidaritas antara masyarakat dan perangkat gampong dalam menghadapi persoalan lingkungan yang sudah menahun. Beberapa titik wilayah padat penduduk seperti Seuneubok, Suak Ribee, dan Kampung Belakang selama ini menjadi langganan banjir setiap musim hujan tiba dengan intensitas dua atau tiga jam di wilayah Kota Meulaboh. Kondisi ini diperparah oleh tidak terkoneksinya jaringan drainase antarwilayah serta banyaknya saluran yang mengalami penyumbatan total.
Geuchik Gampong Kuta Padang, Syafrizal atau yang akrab disapa Ngoh Jal, menyampaikan bahwa pembelahan muara ini dilakukan secara gotong royong dengan melibatkan warga, pemuda, dan perangkat desa. Ia mengungkapkan, banjir tidak hanya mengganggu kenyamanan hidup, tetapi juga menghambat aktivitas ekonomi warga setempat.
“Ini adalah bentuk tanggungjawab serta kepedulian kami untuk mencegah banjir diwilayah kota. Saat banjir menggenang, yang pertama kali merasakan dampaknya adalah kami sendiri. Maka inisiatif lokal seperti ini menjadi sangat penting,” ujar Syafrizal di sela-sela kegiatan pembelahan muara, Selasa (15/7).
Syafrizal juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Bara melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), yang turut mendukung dan memberi respon positif atas inisiatif warga. Ia berharap, langkah ini menjadi perhatian lebih serius dari pihak pemerintah daerah, agar solusi jangka panjang segera diwujudkan.
Menurutnya, pembelahan muara hanya langkah awal. Yang paling mendesak saat ini adalah normalisasi saluran-saluran air yang tersumbat dan pembangunan kolam retensi. Kolam tersebut sangat dibutuhkan sebagai tampungan air hujan, sehingga aliran air bisa dikendalikan sebelum masuk ke pemukiman warga.
“Kami juga berharap pembangunan kolam retensi bisa segera dipercepat. Kalau tidak, setiap hujan lebat turun, kami akan kembali terancam banjir. Ini masalah serius yang tidak bisa ditunda,” tegasnya.
Ngoh Jal menilai, jika seluruh elemen masyarakat dan pemerintah terus bersinergi, bukan hal mustahil Meulaboh bisa terbebas dari ancaman banjir dan menjadi kota yang layak huni serta bersih, bahkan berpeluang meraih predikat Kota Adipura.
Dengan semangat gotong royong, inisiatif masyarakat Kuta Padang Hebat ini menjadi contoh konkret bagaimana masyarakat bisa menjadi aktor utama dalam menyelamatkan lingkungan, sekaligus mengingatkan bahwa solusi atas bencana tidak hanya bergantung pada anggaran dan proyek besar, tetapi juga pada niat baik dan kerja sama nyata di tingkat akar rumput.







