Aceh Barat | Sudutpenanews.com : Di tengah hamparan tanah yang dahulu gersang dan terlupakan, kini berdiri sebuah bukti nyata bahwa tekad dan visi mampu mengubah segalanya. Desa Kuta Padang, yang berada di bawah kepemimpinan Geuchik Syafrizal atau akrab disapa Ngoh Jal menjadi saksi dari “sedikit kegilaan” yang berbuah manis bagi warganya.
Inilah suasana yang kini menjadi pemandangan sehari-hari di Desa Kuta Padang. Sebuah pemandangan yang tidak terbayangkan lima tahun lalu, ketika hamparan 17 hektar lahan di desa ini hanyalah semak belukar, penuh rumput liar, dan nyaris terlupakan.
Perubahan besar ini tak lepas dari sosok Geuchik Syafrizal, atau yang lebih dikenal warganya sebagai Ngoh Jal. Jauh sebelum langkah pertama cangkul diayunkan, ia sudah memendam impian mengelola lahan tidur seluas 17 hektar itu, membayangkan hamparan hijau yang kelak akan menjadi sumber kehidupan bagi warganya. Sosok yang berani mengambil langkah yang dianggap “gila” oleh sebagian orang menggarap lahan tidur yang begitu luas, tanpa jaminan keberhasilan, hanya berbekal keyakinan dan semangat gotong royong tak ada hentinya.
“Awalnya orang bilang saya gila, mau garap lahan tidur segede itu. Tapi saya percaya, kalau kita kerja bareng dan serius, hasilnya akan terlihat,” ujar Syafrizal sambil tersenyum. Selasa (12/8/2025).
“Kadang, untuk membuat perubahan besar, kita perlu sedikit kegilaan. Tapi itu kegilaan yang terukur, yang bermanfaat,” tambah Ngoh Jal sambil tersenyum.
Bersama Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Kuta Padang, T. Masren, Ngoh Jal memulai langkah berani itu. Mereka membersihkan lahan, menata irigasi, dan membagi area menjadi dua blok utama Blok Seulawah untuk tanaman seperti cabai, terong,padi, serta ikan Nila , serta Blok Keumala untuk peternakan Kambing yang jumlahnya sudah mencapai puluhan ekor.
Hasilnya kini terlihat jelas. Cabai merah dan hijau memanjang dengan warna menyala, terong ungu menggantung segar, pohon kelapa tumbuh kokoh, dan petak-petak sawah padi menghampar hijau sejauh mata memandang. Tidak hanya itu, tanaman hias dan bunga-bunga warna-warni ditanam di sela-sela kebun, menciptakan suasana yang indah dan rapi.
Transformasi ini tidak berhenti di sektor pertanian. Ngoh Jal menginisiasi peternakan kambing di sudut lahan. Awalnya hanya beberapa ekor sebagai percobaan, kini berkembang menjadi puluhan ekor yang sehat dan terawat.
Selain produktif, kawasan ini dikelola dengan penuh perhatian terhadap kebersihan dan keindahan. Jalur pejalan kaki diwarnai cat cerah, sudut-sudut kebun dihiasi ornamen sederhana, dan area publik tetap terjaga dari sampah.
Upaya ini menjadi bagian dari kontribusi Desa Kuta Padang dalam mendukung program menuju Kota Adipura yang dicanangkan Kabupaten Aceh Barat. “Kita tidak hanya ingin desa ini maju secara ekonomi, tapi juga menjadi desa yang asri, bersih, dan nyaman,” tegas Ngoh Jal.
Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Kuta Padang, T. Masren menjelaskan, hasil panen dari cabai, terong, kelapa, dan padi telah memenuhi kebutuhan pangan lokal, bahkan sebagian dijual ke pasar di wilayah lain. Pendapatan dari peternakan kambing menjadi sumber tambahan ekonomi warga, sementara suasana desa yang bersih dan indah mulai menarik pengunjung dari luar daerah.
“Kuta Padang bukan lagi desa yang identik dengan lahan tidur. Desa ini telah menjadi ikon positif di Aceh Barat desa yang membuktikan bahwa keberanian, kerja sama, dan visi yang jelas bisa mengubah masa depan.”ucapnya.
Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, Ngoh Jal juga menggerakkan warganya untuk ikut memeriahkan suasana. Berbagai kegiatan digelar, mulai dari lomba rakyat, gotong royong membersihkan desa, hingga pengecatan ruko dan rumah warga dengan warna merah putih sebagai simbol semangat nasionalisme.
“Momentum 17 Agustus ini harus jadi pengingat bahwa kemerdekaan diraih dengan perjuangan, dan tugas kita mengisinya dengan kerja nyata,” ujar Ngoh Jal. Ia berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga memperkuat rasa persatuan dan kebanggaan warga terhadap desanya.
Program ini selaras dengan Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto yang mendorong kemandirian pangan, pemberdayaan desa, dan pemerataan ekonomi. Melalui pertanian, peternakan, penataan lingkungan, dan penguatan semangat kebangsaan, Desa Kuta Padang kini menjadi contoh desa yang mandiri, berdaya, dan memiliki identitas yang kuat.
Kegilaan itu kini menjadi warisan, suara cangkul di pagi hari, riuh kambing di kandang, hamparan hijau padi, aroma bunga yang mekar di tepi kebun, dan kibaran bendera merah putih yang menghiasi ruko-ruko warga. Semua itu adalah tanda bahwa kehidupan di Kuta Padang sedang tumbuh subur, indah, penuh harapan, dan dipenuhi semangat kebangsaan.








