Pattaya, Thailand – Sorak sorai penonton membahana di arena pertandingan bulutangkis BWF World Senior Championship 2025, Minggu (14/9/2025) di Pattaya Thailand. Pada laga final ganda putra, pasangan Indonesia Adi Ariyadi/Eko Hamiseno tampil gemilang dengan menaklukkan duet legendaris Haryanto Arbi/Marleve Mainaky lewat permainan dua gim langsung, 21-15 dan 21-17.
Bagi Adi Ariyadi, kemenangan ini terasa istimewa. Bukan hanya soal gelar juara, tetapi juga pengalaman berharga menghadapi sosok-sosok yang sejak lama ia kagumi di dunia bulutangkis.
“Rasanya seperti mimpi bisa bertemu dengan senior-senior yang selama ini hanya saya tonton di televisi. Mereka legenda bulutangkis Indonesia. Kami bermain tanpa beban, dan hasilnya alhamdulillah bisa meraih juara,” kata Adi Ariyadi dengan nada penuh haru setelah laga usai.
Adi Ariyadi yg biasa disebut ayi merupakan putra kelahiran Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Sejak usia sekolah dasar, ia telah menaruh minat besar pada bulutangkis. Dukungan keluarga serta fasilitas sederhana di kampung halaman tidak pernah menjadi penghalang. Sosok Adi Ariyadi bukan nama baru di jagat bulutangkis nasional. Sejak muda ia aktif menekuni olahraga tepok bulu, menorehkan prestasi di berbagai kejuaraan dalam negeri dan beberapa turnamen internasional. Kini, di kategori senior, Adi tetap setia mengibarkan semangat juang Indonesia walaupun sempat berkiprah di dunia politik pilkada di meulaboh aceh barat yg lalu. Di luar lapangan, ia juga dikenal sebagai pembina bagi atlet-atlet muda, menularkan pengalaman dan kedisiplinan yang ia jalani selama bertahun-tahun.
Bersama pasangannya, Eko Hamiseno, Adi tampil konsisten sepanjang turnamen di Pattaya. Kerja sama mereka yang solid menjadi kunci utama keberhasilan hingga puncak final.
Nama Haryanto Arbi tentu tak asing bagi pecinta bulutangkis. Lahir di Kudus pada 21 Januari 1972, ia dikenal dengan julukan “Smash 100 Watt” berkat pukulannya yang keras dan tajam. Haryanto pernah mengharumkan Indonesia dengan menjuarai All England dua kali (1993 dan 1994), serta menjadi Juara Dunia 1995 di Lausanne, Swiss. Ia juga menjadi bagian penting tim Indonesia dalam merebut Piala Thomas pada era keemasan 1990-an.
Di sampingnya, berdiri Marleve Mainaky, sosok tangguh dari keluarga Mainaky yang melahirkan banyak pebulutangkis hebat. Lahir di Ternate pada 26 Maret 1972, Marleve merupakan tunggal putra andalan Indonesia yang pernah merebut medali perunggu Kejuaraan Asia 1995 dan 2001. Ia juga kerap menjadi andalan tim Merah Putih dalam kejuaraan beregu, termasuk Piala Thomas.
Meski sudah tidak lagi berkompetisi di level utama, aura keduanya masih terasa kuat di lapangan. Bagi pasangan Adi/Eko, melawan Haryanto/Marleve bukan sekadar pertandingan, tetapi pengalaman yang akan selalu dikenang sepanjang karier.
Turnamen BWF World Senior Championship bukan hanya ajang pembuktian kemampuan, melainkan juga panggung reuni para pebulutangkis dari berbagai generasi. Kemenangan Adi/Eko semakin menegaskan bahwa Indonesia tetap konsisten menjaga tradisi juara, baik di level elite maupun kategori senior.
“Ini bukti bahwa semangat bulutangkis Indonesia tidak pernah padam. Kami, generasi penerus, belajar dari para legenda. Mereka inspirasi kami untuk terus berjuang,” tambah Adi Ariyadi.
Final ganda putra di Pattaya ini seakan menjadi pertemuan lintas generasi yang muda bersemangat menghadapi para legenda yang pernah mengibarkan nama bangsa di kancah dunia. Adi Ariyadi/Eko membawa pulang gelar juara, namun lebih dari itu, mereka mendapatkan pengalaman berharga sekaligus motivasi untuk terus menularkan semangat bulutangkis kepada generasi berikutnya.
Di panggung bulutangkis dunia, nama Indonesia kembali disebut-sebut dengan bangga. Dari Haryanto Arbi dan Marleve Mainaky yang pernah berjaya di masa lalu, hingga Adi Ariyadi/Eko Hamiseno yang kini mengukir kisah baru, satu hal yang pasti tradisi bulutangkis Indonesia tidak pernah padam.








