Sudutpenanews.com, Aceh Barat – Hari ini, umat Islam di seluruh dunia menapaki lembar baru dalam kalender hijriah. 1 Muharram bukan hanya penanda waktu, tetapi juga momentum refleksi—mengingat perjalanan yang telah dilalui, serta menata langkah menuju masa depan yang lebih baik.
Bagi Aceh Barat, pergantian tahun Hijriah ini adalah saat yang tepat untuk merenung atas dinamika sosial politik sepanjang tahun 1446 H. Tahun yang baru saja berlalu menyisakan banyak kisah: tentang harapan yang diuji, perjuangan yang terus menyala, dan persoalan-persoalan yang masih membutuhkan perhatian bersama.
Gejolak dan Keteguhan Sepanjang Tahun
Tahun 1446 Hijriah mencerminkan realitas kehidupan masyarakat Aceh Barat yang sarat dinamika. Meski kondisi politik relatif stabil, namun riak-riak perbedaan pendapat dan debat publik tentang berbagai kebijakan tetap hangat terasa. Isu pembangunan infrastruktur, pengelolaan sumber daya alam, dan pelayanan publik mewarnai perbincangan warga dari warung kopi hingga ruang-ruang formal.
Kehadiran organisasi masyarakat sipil, serta tokoh-tokoh lokal yang berani bersuara, menjadi bukti bahwa kesadaran politik masyarakat terus tumbuh. Mereka tak hanya menjadi penonton, melainkan bagian penting dalam mengawal jalannya pemerintahan.
Namun demikian, berbagai tantangan sosial belum juga usai. Kesenjangan ekonomi, keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan, serta ancaman narkoba dan kemiskinan masih menjadi bayang-bayang kelam yang menghantui kehidupan sebagian warga. Harga komoditas pertanian dan hasil laut yang tidak menentu pun semakin menekan penghidupan masyarakat kecil.
Partisipasi dan Asa yang Tumbuh
Di tengah tantangan tersebut, satu hal yang patut disyukuri adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan. Suara-suara rakyat mulai menemukan jalannya—baik melalui forum-forum resmi, media sosial, hingga aksi damai yang mengedepankan aspirasi.
Inilah tanda bahwa demokrasi lokal sedang berproses, dan bahwa harapan untuk perubahan tidak pernah benar-benar padam.
1447 H: Tahun Harapan dan Pembaruan
Menyambut tahun baru 1447 Hijriah, harapan besar mengalir dari segenap penjuru Aceh Barat. Harapan untuk lahirnya pemerintahan yang lebih transparan, akuntabel, dan berpihak pada rakyat. Harapan untuk pembangunan yang tak hanya fisik, tetapi juga menyentuh kemanusiaan: menghapus kelaparan, membuka akses pendidikan, dan merangkul yang tersisih.
Kita berharap Pemilihan Kepala Daerah mendatang bisa menjadi pesta demokrasi yang jujur dan adil—bukan sekadar rutinitas politik, tetapi benar-benar menjadi ruang untuk menghadirkan pemimpin yang memahami denyut nadi rakyat.
Secara sosial, kita dambakan terwujudnya masyarakat yang lebih sejahtera dan inklusif. Program pengentasan kemiskinan harus disertai pemberdayaan ekonomi lokal, terutama bagi petani, nelayan, dan pelaku UMKM. Begitu juga dengan pengelolaan sumber daya alam yang mesti mengedepankan keberlanjutan demi anak cucu di masa depan.
Di atas semua itu, marilah kita jaga dan rawat harmoni antarumat beragama serta antar-suku. Aceh Barat adalah rumah bersama—keberagaman adalah kekuatan, bukan perpecahan.
Menulis Lembaran Baru dengan Optimisme
1 Muharram 1447 Hijriah adalah undangan untuk menulis ulang kisah kita. Dengan semangat hijrah—berpindah dari yang gelap ke terang, dari yang stagnan ke progresif—mari kita awali tahun ini dengan tekad baru.
Semoga Aceh Barat senantiasa diberikan kekuatan, kebijaksanaan, dan keberkahan dalam menjalani setiap ujian dan meraih setiap impian. Mari bersama-sama, kita bangun daerah ini menjadi lebih adil, makmur, dan bermartabat.
Penulis: Della Sefrianeldy







