Meulaboh | Sudutpenanews.com— Gampong Kuta Padang kembali menunjukkan konsistensinya dalam menjaga lingkungan dan mengatasi persoalan banjir melalui kegiatan rutin Pekan Gotong Royong Gampong (PGRGKP) yang telah memasuki pekan ke-110. Kegiatan yang berlangsung akhir pekan ini melibatkan puluhan warga dari berbagai dusun yang secara bergotong royong membersihkan saluran air, memperbaiki tanggul, dan melakukan pengerukan di sejumlah titik rawan genangan air.
Geuchik Gampong Kuta Padang, Syafrizal atau yang akrab disapa Ngoh Jal, menuturkan bahwa kegiatan gotong royong ini bukan sekedar rutinitas mingguan, tetapi bagian dari langkah strategis masyarakat dalam menghadapi ancaman banjir dan genangan yang kerap melanda wilayahnya, terutama saat musim hujan tiba.
“Ini sudah masuk pekan ke-110. Artinya, sudah lebih dari dua tahun kami secara konsisten melakukan gotong royong setiap minggu. Fokus kami bukan hanya menjaga kebersihan kampung, tetapi juga sebagai bentuk antisipasi nyata terhadap banjir yang berdampak ke Kuta Padang dan bahkan ke pusat Kota Meulaboh,” ujar Syafrizal di sela-sela kegiatan, Minggu (20/7).
Dalam kegiatan pekan ini, warga melakukan pembersihan besar-besaran di sepanjang saluran primer yang menghubungkan kawasan Kuta Padang dengan wilayah drainase utama kota. Beberapa alat seadanya milik warga turut dikerahkan untuk membantu mempercepat pengerukan. Anak-anak muda, kaum ibu, dan tokoh masyarakat turut ambil bagian, menjadikan gotong royong ini sebagai ruang kebersamaan sosial yang memperkuat solidaritas antarwarga.
Geuchik Syafrizal menyebutkan bahwa persoalan banjir bukan hanya tanggung jawab pemerintah daerah, tetapi perlu partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Ia berharap semangat gotong royong yang telah tertanam di Gampong Kuta Padang bisa menjadi contoh bagi gampong-gampong lain di wilayah Aceh Barat.
“Banjir itu tidak bisa hanya ditangani dengan proyek-proyek besar. Tanpa kepedulian dari masyarakat untuk menjaga saluran air, membersihkan lingkungan, dan membangun kesadaran bersama, masalah ini akan terus berulang setiap tahun,” imbuhnya.
Dalam dua tahun terakhir, sejak dimulainya gerakan gotong royong pekanan ini, Syafrizal mengklaim sudah ada perubahan signifikan. Wilayah Kuta Padang yang sebelumnya menjadi salah satu titik genangan terparah saat hujan lebat, kini mulai menunjukkan ketahanan yang lebih baik terhadap limpahan air. Bahkan, aliran air ke pusat kota Meulaboh menjadi lebih lancar karena tidak lagi tersumbat oleh sampah dan sedimen.
“Dulu setiap hujan besar, genangan bisa bertahan dua sampai tiga hari. Sekarang, alhamdulillah dalam beberapa jam saja air sudah surut. Ini bukti bahwa kerja bersama bisa memberikan hasil yang nyata,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Geuchik Syafrizal juga menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, khususnya melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), yang selama ini terus memberikan dukungan terhadap upaya warga dalam menjaga lingkungan dan menanggulangi banjir.
“Kami ucapkan terima kasih kepada Pemkab Aceh Barat, terutama Dinas PUPR, yang selama ini selalu mensupport kegiatan kami. Kami juga sangat berharap percepatan pembangunan kolam retensi bisa segera terealisasi karena ini sangat dibutuhkan dalam mengendalikan limpahan air dari hulu menuju hilir, terutama demi mewujudkan Meulaboh sebagai kota Adipura,” kata Syafrizal.
Menurutnya, kolam retensi akan menjadi solusi jangka panjang yang dapat membantu menyerap kelebihan air saat hujan deras, sekaligus mendukung program lingkungan bersih dan berkelanjutan yang kini menjadi fokus Pemkab Aceh Barat.
Bagi masyarakat Kuta Padang, gotong royong bukan hal baru. Ini adalah warisan nilai-nilai adat dan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Dengan menjadikannya sebagai kegiatan rutin dan terorganisir, Syafrizal meyakini bahwa semangat kebersamaan ini akan terus hidup dan menjadi kekuatan sosial dalam membangun kampung yang tangguh terhadap bencana.








