Normalisasi Lung Aneuk Aye, PUPR Aceh Barat Fokus Tekan Risiko Banjir dan Abrasi

Aceh Barat | Sudutpenanews.com – Pemerintah Kabupaten Aceh Barat melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) memulai proyek normalisasi muara sungai Lung Aneuk Aye yang berada di kawasan Jalan Singgah Mata II, Gampong Kuta Padang, Kecamatan Johan Pahlawan. Kegiatan ini ditandai dengan pembangunan tanggul di tepi sungai sebagai langkah antisipatif terhadap ancaman banjir musiman dan abrasi yang selama ini dikhawatirkan warga.

Kepala Dinas PUPR Aceh Barat, Dr. Kurdi, menjelaskan kondisi muara Lung Aneuk Aye sudah lama mengalami pendangkalan. Penumpukan sedimen, sampah rumah tangga, hingga material yang terbawa arus menyebabkan aliran air tidak lancar. Ketika hujan deras turun dengan intensitas tinggi, air meluap ke permukiman warga dan jalan raya, sehingga memicu genangan dan kerusakan infrastruktur di sekitarnya.

“Normalisasi ini menjadi bagian penting dari strategi pengendalian banjir. Kami melakukan pengerukan material yang menyumbat aliran sekaligus memperkuat sisi tebing sungai dengan membangun tanggul beton. Dengan cara ini, aliran air bisa lebih lancar dan risiko banjir di kawasan sekitar dapat diminimalkan,” kata Kurdi, Senin (22/9/2025).

Proyek normalisasi Lung Aneuk Aye mencakup pembangunan tanggul di kedua sisi sungai dengan panjang total 85 meter dan ketinggian 2,5 meter. Proses konstruksi melibatkan tahapan pembesian, pemasangan bekesting, pengecoran (curuk), hingga pemasangan pipa saluran.

Material yang digunakan berupa beton siklop dengan kekuatan FC 15 Mpa serta beton mutu khusus untuk saluran air, dengan agregat berdiameter maksimal 19 milimeter. Menurut Kurdi, pemilihan material ini penting agar tanggul mampu menahan tekanan air dalam jangka panjang, terutama saat debit air meningkat di musim hujan.

“Selain menahan laju arus, tanggul ini juga meningkatkan kapasitas sungai dalam menampung air hujan. Air dari pemukiman dan saluran drainase sekitar bisa dialirkan langsung ke muara dan kemudian ke laut, tanpa mengganggu aktivitas warga,” ujarnya.

Proyek yang menelan anggaran Rp731 juta ini dilaksanakan oleh CV Dzuha Putra, dengan sumber dana berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Aceh Barat tahun 2025.

Pembangunan tanggul di Lung Aneuk Aye tidak hanya ditujukan bagi pemukiman warga, tetapi juga untuk melindungi infrastruktur strategis. Salah satunya adalah jembatan di Jalan Singgah Mata II yang posisinya sangat dekat dengan tebing sungai.

Kurdi menuturkan, abrasi yang terjadi selama bertahun-tahun menyebabkan tebing sungai terus terkikis. Jika tidak segera ditangani, kerusakan bisa meluas hingga mengancam kestabilan jembatan. “Kita tidak ingin menunggu sampai infrastruktur vital ini rusak. Karena itu, tanggul juga berfungsi melindungi jembatan dari erosi yang berpotensi membahayakan pengguna jalan,” jelasnya.

Upaya normalisasi ini mendapat sambutan positif dari warga sekitar. Muhammad Isa (52), warga Gampong Kuta Padang, mengaku sudah lama menantikan penanganan serius terhadap sungai yang kerap meluap tersebut. Rumah Isa hanya berjarak sekitar 20 meter dari bantaran sungai, sehingga ia dan keluarganya selalu waspada setiap kali hujan deras mengguyur kawasan Meulaboh.

“Kalau hujan lebat, air cepat sekali naik. Kadang sudah sampai halaman rumah, bahkan pernah mendekati teras. Situasi ini membuat kami cemas, apalagi kalau malam hari. Jadi, kami sangat bersyukur pemerintah akhirnya menindaklanjuti harapan warga,” kata Isa.

Senada, Siti Aisyah (39), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di bantaran sungai, menyampaikan kekhawatirannya terhadap abrasi. Ia menuturkan tebing sungai di dekat jembatan terus terkikis setiap tahunnya. “Kami takut kalau dibiarkan, suatu hari bisa ambruk. Anak-anak juga sering dilarang bermain di tepi sungai karena berbahaya. Dengan adanya tanggul, mudah-mudahan lebih aman,” ucapnya.

Menurut Dinas PUPR Aceh Barat, pembangunan tanggul di Lung Aneuk Aye hanyalah satu bagian dari strategi jangka panjang pemerintah daerah dalam pengendalian banjir. Beberapa kawasan lain juga sudah masuk dalam rencana normalisasi, terutama daerah yang sering dilanda genangan.

“Tujuan kami bukan hanya menyelesaikan masalah sesaat, tapi menciptakan sistem pengendalian banjir yang lebih permanen. Ketika saluran air berjalan dengan baik, dampaknya bukan hanya bagi keselamatan warga, tapi juga untuk keberlanjutan aktivitas ekonomi,” ujar Kurdi.

Ia menambahkan, infrastruktur pengendali banjir seperti tanggul dan normalisasi sungai sangat penting di wilayah perkotaan Meulaboh yang padat aktivitas. Selain menjaga lingkungan permukiman, langkah ini juga mendukung kelancaran transportasi dan distribusi barang.

Warga berharap agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dengan hasil yang berkualitas. Mereka ingin proyek ini bukan sekadar simbol, tetapi benar-benar memberikan perlindungan nyata bagi kehidupan sehari-hari.

“Setiap musim hujan, kami tidak ingin lagi dihantui rasa was-was. Semoga hasilnya bagus dan bertahan lama, sehingga kami bisa hidup lebih tenang,” tutup Isa.

Dengan dimulainya proyek normalisasi ini, Pemkab Aceh Barat menunjukkan komitmennya dalam menyeimbangkan pembangunan infrastruktur dengan kebutuhan mendesak masyarakat. Kehadiran tanggul Lung Aneuk Aye diharapkan menjadi titik awal menuju sistem pengendalian banjir yang lebih menyeluruh di kawasan pesisir Meulaboh.

banner 728x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *