Menjaga Laut, Menjaga Dapur Warga: Kearifan Lokal di TPI Panggong

Deni Irsandi, seorang pedagang ikan yang setiap hari menjajakan dagangannya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) desa Panggong. Sudutpnenanews.com

Sudutpenanews.com, Meulaboh : Di balik deru ombak Samudra Hindia, keanekaragaman hayati laut menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat pesisir Aceh Barat. Di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Panggong, Kecamatan Johan Pahlawan, hasil laut segar menjadi santapan harian warga sekaligus wujud nyata dari kearifan lokal dalam menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Deni Irsandi, seorang pedagang ikan yang setiap hari menjajakan dagangannya di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) desa Panggong, menyampaikan bahwa pilihan untuk menjual langsung ke masyarakat ketimbang mengekspor hasil laut adalah bentuk kepedulian terhadap konsumsi lokal. “Ada opsi untuk diekspor, tapi kami di TPI Panggong lebih memilih jualan di lapak. Supaya warga bisa menikmati langsung hasil laut yang segar dan bergizi,” ujarnya, Sabtu (31/5/2025).

Keputusan ini bukan hanya soal ekonomi, tapi juga menyangkut nilai-nilai sosial dan budaya. Bagi Deni dan pedagang lainnya, menghadirkan ikan segar di meja makan warga menjadi bagian dari konservasi: mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi hasil laut yang sehat dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Beragam jenis ikan ditawarkan di lapak-lapak TPI, dengan harga bervariasi tergantung jenis dan kualitas. Ikan kakap dibanderol antara Rp80.000 hingga Rp90.000 per kilogram, sedangkan kerapu dijual dengan harga Rp70.000–Rp80.000/kg. Tuna besar berkisar Rp70.000/kg, dan baby tuna Rp50.000/kg. Jenis ikan karang lainnya, seperti rambee dan kembung (bolo), juga laris manis dengan harga antara Rp60.000 hingga Rp70.000 per kilogram.

“Ikan paling laris itu kakap, rambee, dan kerapu. Konsumen suka karena kami selalu utamakan kualitas terbaik dan kesegaran,” jelas Deni sambil menata ikan-ikan yang masih mengilap di atas es batu.

Setiap pagi hingga malam hari, deretan lapak di TPI Panggong menjadi pusat interaksi antara nelayan, pedagang, dan warga. Bukan sekadar tempat jual beli, tetapi juga ruang untuk merawat budaya maritim yang telah diwariskan secara turun-temurun.

TPI Panggong menjadi bukti bahwa keberlanjutan bisa dimulai dari yang sederhana: menjual hasil laut kepada tetangga sendiri. Karena menjaga laut, bagi warga di sini, sama artinya dengan menjaga dapur mereka tetap hidup.

banner 728x250

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *