Aceh Barat | Sudutpenanews.com : Pada Hari Kemerdekaan HUT RI ke 80, langit tampak cerah, namun di sudut kecil Gampong Masjid Tuha, ada rumah yang masih diselimuti gelap. Tak ada aliran listrik, lantai pun masih berupa tanah yang dingin. Di rumah itulah, Teuku Zulfajri dan keluarganya bertahan, menjalani hari demi hari dengan segala keterbatasan bahkan untuk sekadar menikmati cahaya lampu di malam hari.
Tepat di momen peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, Bupati Aceh Barat Tarmizi, SP, MM bersama sang istri, Ny. Afrinda Novalia, SE, MM, datang menyusuri lorong sempit desa. Tidak dengan mobil mewah atau protokoler berlebihan, melainkan dengan langkah pelan, hati-hati, seolah tak ingin mengganggu ketenangan warga.
Ketika menapakkan kaki di depan rumah Teuku Zulfajri, Bupati Tarmizi berdiri beberapa detik tanpa berkata-kata. Matanya memandang ke sekeliling, ke dinding kayu yang mulai lapuk, ke lantai tanah yang mengeras akibat sering diinjak tanpa alas kaki. Suasana begitu hening.
Dengan suara lirih namun tegas, beliau memecah sunyi, “Ini bukan sekadar rumah, ini tempat mereka menggantungkan harapan. Kita tidak boleh membiarkan rakyat kita hidup dalam keadaan seperti ini, terlebih di hari kemerdekaan.” kata Bupati Tarmizi, Minggu (17/8/2025).
Bupati lalu mendekat, menggenggam tangan Zulfajri dengan erat. Ada getaran yang terasa, bukan sekadar sapaan pejabat kepada rakyatnya, tapi sapaan seorang pemimpin yang benar-benar hadir di tengah penderitaan warganya.
“Kami bersama PLN akan memberikan sambungan listrik secara gratis. Dan insyaAllah, rumah ini segera kita rehab,” ucapnya, dengan mata yang tampak berkaca-kaca.
Air mata Zulfajri langsung tumpah. Ia menunduk, tak kuasa membendung haru. Cahaya yang selama ini hanya hadir dalam mimpi, kini perlahan menjadi nyata.
Bupati Tarmizi kembali menegaskan komitmen pemerintahannya. “Harapan kita ke depan tidak ada lagi rumah tanpa listrik, tanpa kamar mandi, atau masih memakai WC terbang dan lantai tanah. Kita ingin seluruh rakyat benar-benar merasakan arti kemerdekaan.” Kata Bupati Tarmizi.
Kata-kata itu seolah menjadi pelita yang menembus kesunyian rumah sederhana tersebut. Bagi banyak orang, kemerdekaan mungkin telah lama dirayakan. Tetapi bagi Zulfajri dan keluarganya, hari itu tepat di hadapan Bupati Tarmizi menjadi hari kemerdekaan yang sesungguhnya.
Sambil menyeka air mata, Zulfajri menuturkan, “Terima kasih Pak Bupati, bantuan ini sangat berarti bagi kami. Semoga Bapak selalu diberikan kesehatan oleh Allah.” Kata Zulfajri.
Dan di antara riuhnya perayaan HUT RI ke-80, langkah tulus seorang pemimpin di tanah Aceh Barat itu membuktikan bahwa kemerdekaan bukan hanya dirayakan dengan upacara dan bendera, tetapi juga dengan kepedulian nyata bagi rakyat yang nyaris kehilangan harapan.








